Saham Asia Lesu Abaikan Wall Street
PT BEST PROFIT FUTURES BANDUNG, PT Bestprofit - Bursa saham Asia
Pasifik melemah pada perdagangan saham Selasa pagi (29/6/2021). Hal ini
berlawanan dengan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang
bervariasi dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi.
Di Jepang, indeks saham Nikkei turun 1,03 persen pada awal
perdagangan, sementara itu indeks topix melemah 1,11 persen, dan indeks saham
Korea Selatan Kospi turun 0,17 persen. Di Australia, indeks saham ASX 200
merosot 0,31 persen. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,06
persen. Demikian dikutip dari laman CNBC, Selasa (29/6/2021).
Sementara itu, di wall street, indeks saham S&P 500 menguat 0,23
persen ke posisi tertinggi 4.290,61. Investor juga mencermati saham teknologi
di Asia Pasifik setelah indeks Nasdaq menguat 0,98 persen ke posisi 14.500,51.
Indeks Dow Jones melemah 150,57 poin ke posisi 34.283,27.
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi 91,87. Indeks dolar
AS ini melemah dari posisi sebelumnya 92,1 pada awal bulan. Yen Jepang
diperdagangkan di kisaran 110,54 per dolar AS. Harga minyak melemah pada jam
perdagangan di Asia. Harga minyak Brent berjangka melemah ke posisi USD 74,63
per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat berada di kisaran USD 72,89 per
barel.
Wall Street Beragam, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Kembali Cetak Rekor
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street
bervariasi pada perdagangan Senin, 28 Juni 2021. Wall street dibayangi sentimen
Facebook yang menang dalam pengadilan dan mendorong saham teknologi menguat.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,23
persen ke posisi 4.290,61. Indeks Nasdaq menanjak 0,98 persen ke posisi
14.500,51. Indeks Dow Jones melemah 150,57 poin menjadi 34.283,27 karena saham
energi dan transportasi yang tertekan.
Sektor saham teknologi menjadi pendorong wall street pada awal pekan
ini. Saham Apple dan Salesforce naik lebih dari satu persen. Saham Facebook
melompat lebih dari empat persen setelah pengadilan federal AS menolak kasus
antimonopoly terhadap perusahaan dari Komisi Perdagangan Federal. Sentimen itu
mendorong kenaikan harga saham Facebook sehingga membentuk kapitalisasi pasar
di atas USD 1 triliun.
Saham semikonduktor berada titik terang dengan Nvidia naik lima persen
dan Broadcom menguat lebih dari dua persen. Saham Boeing membebani indeks Dow
Jones dengan turun lebih dari tiga persen. Hal ini setelah regulator mengatakan
tidak mungkin menerima sertifikasi untuk pesawat jarak jauh hingga pertengahan
akhir 2023. CEO Boeing Dave Calhoun memperkirakan sertifikasi pada kuartal IV
2023.
Kepala Investasi di Bryn Mawr Trust, Jeff Mills menuturkan, kekuatan
baru-baru ini untuk teknologi dapat menjadi bagian dari berlanjutnya penurunan
kinerja saham siklikal dari awal tahun. "Saya pikir jika Anda melihat
keuangan, yang merupakan contoh yang sangat bagus, saya pikir itu menjadi
perdagangan yang ramai. Di sisi lain, Anda melihat Amazon, dan banyak grafik
itu telah menyimpang selama enam bulan,” ujar dia dilansir dari CNBC, Selasa
(29/6/2021).
Pergerakan wall street pada awal pekan juga didukung imbal hasil
obligasi AS yang melemah. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melemah
1,48 persen.”Di tingkat sektor, imbal hasil menghasilkan kinerja lebih baik
dari saham dengan hasil dividen tinggi seperti utilitas. Sementara keuangan
tertinggal. Energi adalah sektor dengan kinerja terburuk karena perdagangan
yang lebih luas ditunda,” tulis Chris Hussey dari Goldman Sachs dalam sebuah
catatan kepada klien.
Selain kenaikan wall street juga didorong investor semakin yakin
inflasi saat ini di Amerika Serikat bukan ancaman ekonomi yang berkelanjutan,
tetapi kenaikan sementara. Indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi,
sedangkan Nasdaq bertambah 2,35 persen dalam sepekan. Kenaikan juga terjadi
setelah Departemen Perdagangan melaporkan inflasi naik 3,4 persen pada Mei, dan
merupakan kenaikan tercepat sejak awal 1990.
Lonjakan dalam indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti dapat
membuat investor khawatir. Hal ini karena bank sentral AS atau the Federal
Reserve suka mengawasi tanda-tanda inflasi. Namun, kenaikan month-over-month
sebenarnya menekankan apa yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh
Dow Jones dan memperkuat investor kalau inflasi cenderung bersifat sementara dan
dapat dikelola.
Di sisi lain, kesepakatan infrastruktur bipartisan besar-besaran
muncul direvitalisasi pada Minggu malam setelah Presiden AS Joe Biden
klarifikasi dia tidak berencana untuk memveto undang-undang jika itu datang
tanpa RUU rekonsialisais terpisah yang disukai oleh Partai Demokrat. Senator
Republik kemudian mengatakan, kesekapatan tersebut dapat dilanjutkan.
“Perjanjian infrastruktur bipartisan yang disepakati di Washington DC
tampaknya memiliki beberapa peluang untuk menjadi kenyataan,” tulis Kepala
Strategi Investasi Oppenheimen Asset Management, John Stoltzfus. Ia
menambahkan, program ini dapat melayani pemerintah dalam jangka pendek dan
panjang dalam menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, menopang pendapatan perusahaan, serta meningkatkan
kemampuan AS untuk bersaing dengan negara lain pada abad ke-21 yang masih
relatif baru tetapi hiperkompetitif.
Pada pekan ini, investor juga akan mencermati laporan pekerjaan Juni
yang akan rilis pada Jumat. Ekonom perkirakan data nonfarm payrolss meningkat
menjadi 683.000 pada Juni. Investor juga
akan mempelajari laporan Juni untuk tanda-tanda inflasi upah karena pengusaha
berjuang untuk menemukan pekerja yang dapat mengisi lowongan pekerjaan dan
tunjangan pengganguran era pandemi COVID-19 berkurang di beberapa negara
bagian.
Sumber
liputan6.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best profit, bestprofit,
pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt bpf, bestprofit
futures, pt bestprofit futures, best profit futures, pt best profit futures
PT BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Comments
Post a Comment